ISIM MASDAR







BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Para ulama memberi julukan ilmu shorof dengan “Ummul Ulum“ yang artinya ibunya ilmu, dan memberi julukan pada ilmu nahwu “Abul Ulum” yang artinya ayahnya ilmu, karena keduanya untuk memahami semua ilmu agama, seperti ilmu fiqih, usul fiqih, ilmu tauhid, ilmu tashawuf dan semua ilmu yang berbahasa arab akan mudah memahaminya dengan lantaran kedua ilmu tersbut, shingga ada suatu maqolah yang mengatakan “barang siapa yang tabahhur (menguasai secara mendetail dan mendalam layaknya lautan) terhadap ilmu shorof dan ilmu nahwu, maka orang itu akan (mampu) tabahhur dengan semua ilmu” andil yang di berikan oleh ilmu shorof dan imu nahwu dalam menguasai ilmu-ilmu seperti orang ibu dan ayah dalam melahirkan anak-anaknya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas pada pembahasan makalah kali ini, khususnya pada ilmu shorof akan di fokuskan pada :
1.      Pengertian isim masdar ?
2.      Wazan-wazan isim masdar ?
3.      Perbedaan isim masdar dan masdar ?
4.      Pembagian masdar ?

C.    Tujuan Pembahasan

Mengetahui, memahami pengertian serta pembagian isim masdar dan perbedaannya dengan masdar.



  

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Masdar

Masdar adalah lafadz yang berada pada urutan ketiga dari tashrifan fi’il[1] Contoh: ضرب, ىضرب, ضربا.

Lafadz-lafadz yang menunjukkan kejadian, tidak mempunyai zaman, mengandung beberapa huruf fi’il, dan berupa lafadz, seperti contoh : علم, علما , atau dikira-kirakan (taqdiron), contoh : قاتل, قتالا, atau mengganti huruf yang sudah dibuang dengan huruf lain[2], contoh : وعد, وعدة .

B.     Pembagian Masdar

Masdar dibagi menjadi 2 :
1.      Masdar mim
2.      Masdar ghoiru mim[3]
a.       Masdar mim adalah masdar yang terdapat mim zaidah dsiawal kalimatnya, seperti contoh : منصرا, منطللق, منقلبة  [4]
adapun masdar mim itu di fathah maim nya dngan mutlak, kecuali dari fiil bina matsal wawu , kalau bina missal wawu di kasroh ain fiilnya.

b.      Masdar ghoiru mim adalah masdar yang tidak terdapat mim zaidah diawal kalimatnya, seperti contoh : اجتهادا, قرأًةً, ِمدًا

c.       Wazan-wazan Masdar

1.      Wazan فَعْلٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasi dari setiap fi’il tsulasi yang muta’addi (yang membuahkan maf’ul) secara mutlak, baik dari fi’il madliyang ‘ain fi’ilnya dibaca kasroh atau fatha, binak shohih, mudlo’af, mahmuz, ataupun mu’tal.[5]
Contoh :
Dibaca fathah        :ضربا   ضرب    
Dibaca kasroh       :           فهما      فهم
Bina’ Mudlo’af     :          وعد   وعدا

2.      Wazan فَعَلٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madly yang mengikuti wazan  فُعِلَ dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya yang mmpunyai ma’na lazim secara mutlaq.[6]
Contoh : فرح                      فرحا

3.      Wazan فَعُوْلٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang fi’il madlinya mengikuti wazan فَعَلَ yang lazim secara mutlaq dari semua bina’.[7]
Contoh :
Binak shohih                     :           قعدَ        قعودٌ       Duduk

4.      Wazan  فِعَالٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan arti mencegah, keengganan (tidak patuh)[8]
Contoh :    جَمحَ       جَمَاحًا     Keras kepala

5.      Wazan فَعَلاَنٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan arti gerak, goncang dan bolak balik (taqollub).
Contioh :   جَالَ       جَوَلاَنًا    Berputar

6.      Wazan فُعَالٌ
Masdar ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti wazan  yang menunjukkan arti penyakit/suara.
Contoh :    -Yang arti penyakit : زَكَمَ         زُكَامًا     Pilek
                                    -Yang arti suara : مَعًا                مُعَاءً      Menggoreng

7.      Wazan فَعِيْلٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti wazan  yang menunjukkan arti berjalan/bersuara.
Contoh :    - Yang arti berjalan :   رَحَلَ      رَحِيْلَ     Berangkat
-  Yang arti suara :        صَهَلَ     صَهِيْلَ    Meringkik

8.      Wazan فُعُوْلَةٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti wazan  فَعُلَ.
Contoh :    سَهُلَ       سَهُوْلُةٌ     سَهْلٌ       Mudah

9.      Wazan فَعاَلَةٌ
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti wazan  فَعُلَ
Contoh :          جَزُلَ      جَزَالَةٌ     جَزِيْلٌ     Agung




d.      Perbadaan Antara Masdar dan Isim Masdar

المصدر هو اللفظ الدال على الحدث، مجردا عن الزمان، متضمّنا أحرفَ فعلهِ لفظًا، مثلُ :  (( عَلِمَ عِلْمًا)) ، أو تقديرا ، مثل : ((قاتل قتالا)، أو مُعوَّضَا مما حُذِفَ بغيره ، مثل : ((وعد عدةً))، و((سلَّمَ تَسْليْمًا).
اسم المصدر : هو ما ساوى المصدر في الدلالة على الحدث، ولم يُساوِه في اشتماله على جميع أحرف فعله ، بل خلتْ هيئتُهُ من بعض أحرف فعله لفظًا وتقديرا من غير عوضٍ، وذلك مثل : ((توضّأ وضُوءً))، و((تَكَلَّمَ كلامًا )) و((أيسرَ يُسرًا)).


Masdar adalah lafazh yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa, sepi dari zaman serta memuat/mencakup semua huruf-huruf Fi’il-nya baik secara lafazh.[9]
Seperti : عِلْمًا masdar dari lafazh عَلِمَ . atau sekira-kiranya lafazh قَاتَلَ - قِتَالاً . atau dengan mengantikan huruf yang dibuang seperti lafazh وَعَدَ - عِدَةً
Isim Masdar adalah lafazh yang menunjukkan arti pekerjaan,sepi dari zaman, namun tidak memuat/mencakup pada semua huruf Fi’il-nya bahakan ada yang dikurangi secara lafazh dan kira-kiranya seperti contoh : تَوَضَّا - وُضُوْءً



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat di ketahui da di tarik kesimpulan bahwa masdar adalah lafadz-lafadz yang menunjukkan kejadian, tidak mempunyai zaman, mengandung beberapa huruf fi’il, dan berupa lafadz.
Adapun masdar sendiri di bagi menjadi dua, yaitu:
1.      Masdar mim
2.      Masdar ghoiru mim

  1. Saran

Alhamdulillahi Robbil Alamin dengan brkat rahmat Alloh SWT penulisan makalhah pengertian isim masdar dapat selesai dengan lancar.
Dalam penulisan makalah ini pastilah terdapat banyak kekurangan . untuk itu demi kebaikan dalam hal penulisan makalah ini pemasukan, saran, dan kritik sangat kami butuhkan
























DAFTAR PUSTAKA


Al-baijuri Ibrohim, Fathul Robbul Bariyyah, Surabaya; Maktubah al-hidayah,
Al-gholayaini Musthofa, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo; Maksaba as-syaruq ad-dauliyah,
Al-gholayani  Musthofa, Jami’ud Durus Al-arobiyah, juz 1,.
Al-gholayani Musthofa, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1
Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Nadzam al-maqsud, bait : 16



[1] Syaikh ibrohim al-baijuri, Fathul Robbul Bariyyah, Surabaya; Maktubah al-hidayah, Hal.44.
[2] Syaikh musthofa al-gholayaini, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo; Maksaba as-syaruq ad-dauliyah, 2008, Hal.140.
[3] Nadzam al-maqsud, bait : 16
[4] Lihat musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-arobiyah, juz 1, Hal.152.
[5]  Musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1, Hal.144
[6] Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Hal.144
[7] Musthofa al-gholayani, Jami’ud Durus Al-‘arobiyah, juz 1, Hal.144
[8]  Jamaluddin Muhammad, Syarah ibnu aqil, Hal.115
[9]   Syaikh musthofa al-gholayaini, Jami’ud Durus al-arobiyah, Juz 1, kairo; Maksaba as-syaruq ad-dauliyah, 2008, Hal.160

Tidak ada komentar: